TERIMA KASIH PAK TUA

6:26 AM

Pelajaran Bersyukur dari bapak Tua, itulah kalimat pertama yang saya ucapkan dihari dimana saya bertemu dengan seorang pedagang tua yang sangat bersyukur dengan apa yang ia dapatkan.

Hari dimana saat saya bercengkrama dengan keluarga, hari dimana saya bisa menikmati tidur siang dan hari dimana bisa makan siang bersama kelurga. Di saat sedang asyik mendengarkan radio tantang seputar kampanye pemilu 2009 di ruang kesayanganku (kamar tidur) terdengar panggilan suci dari Yang Maha Suci "Ayo raih kemenangan".

Mendengar suara panggilan tersebut dari musholla dekat rumah, saya bergeges menuju kamar mandi untuk membersihkan hati dari fisik ini, Saya berharap wudhu ini bisa bisa menghapus dosa saya selama ini semoga, Amin.

Sedikit berlari, saya berganti pakaian yang terhebat yang saya miliki, maklum mau ketemu pemilik langit dan bumi ini loh, sambil semprot-semprot agar bau badan saat tiduran tadi tidak tercium sama diri ini dan orang lain tentunya.

Saat hati siap melangkah dan kaki ikut kata hati ini, tiba tiba hujan ditemani petir dan angin turun mendadak sehingga agak membuat ciut hati ini, maklum saja lagi belajar menata hati nih he he he. "Ayo lawan masa kalah sih saya alam, baru hujan saja jadi halangan tuk laporan sore ini sama yang Di Atas, udah ambil payung sana kalau perlu ambil jas hujan agar tidak basah". kata hati kepada diri ini.

Tiba di Musholla yang cukup inspiratif bagi saya, takbir sholat sunah pun saya lantunkan di hati. Setelah sunah sebelum ashar saya lakukan segera wajib ashar saya lakukan, informasi aja nih mungkin karena hujan musholla dekat rumah ini jadi rada sepi.

Do'a penuh harapan saya ucapkan setelah laporan sore ini saya berikan, banyak permintaan sih jadi do'anya agak lama he he he, masukan aja nih, kata ustad mansur yang menggawangi wisata hati " kalau sama orang kita bisa curhat, eh pas sama Allah kita tidak curhat, ngadu aja deh apa keinginan kita wong minta garam aja boleh apa lagi minta yang lainnya." begitu katanya.

Selesai do'a, hati saya mengatakan bergegas pulang, tapi disaat melangkah dipintu musholla, saya melihat bapak tua sedang istirahat sambil menunggu hujan yang kebetulan cukup lebat, sambil menunggu hujan saya pun berinisiatif untuk sekedar menemani bapak tua menunggu hujan, maklum aja toh pulang pun saya tidak ada kegiatan.

Setelah memperkenalkan diri sedikit tentang diri saya, obrolan pun dimulai. Tidak disangka ternyata bapak itu umurnya cukup tua, dari obrolannya sih kira-kira umurnya delapan puluh tahun, abis bapak tua itu memakai logat sunda.

Bapak tua itu tenyata seorang pedagang ikan hias keliling, jadi Ia bertenduh dulu sambil sholat ashar berharap hujan reda karena ia berkeinginan untuk pulang ke rumah di kawasan kalibata Jakarta selatan. Ada yang menarik dari cerita bapak tua ini, dia berasal dari ci' saat sukabumi Jawa barat, sejak pertama kali jadi presiden dia berdagang ikan di Jakarta. Dalam hati saya, gila komit banget nih bapak saat profesinya.

Cerita tentang kehidupan selama di kampung halaman dan di jakarta ia ungkapkan, dahulu sebelum dia di jakarta ternyata ia seorang guru bantu di kampung halamannya, ia ke Jakarta berharap ada perubahan, maklum saja katanya di sana profesi guru tidak begitu dihargai dan maklum saja sih kebutuhan keluarga harus tetap dijaga, jadi kira-kira tahun 1967 dia memutuskan datang ke ibu kota untuk mengadu nasib, pengakuan beliau dari sewa rumah 100 perak sampai sekarang 300 ribu perbulan jalankan selama hidup di jakarta. Sambil memegang tas kecil yang berisi uang dagangan dan berpakai pegawai pabrik berwarna biru ia dengan lancar menjelaskan tentang sejarah kehidupannya kepada saya, walaupun saya agak sedikit bingung karena komunikasi yang digunakan memakai bahasa sunda, maklum saja walau lama berteman sama orang sukabumi tidaj semua bahasa sunda saya mengerti.

Banyak pelajaran yang saya dapatkan dari sosok orang tua ini, dia bercerita setiap pagi dia harus pergi ke mester untuk mengambil ikan hias yang akan dijualnya. Suka duka banyak ia alamai sejak ada di jakarta, kesabaran dalam berdagang, keuletan dalam berusaha harus kita jalankan walaupun kalau secara penampilan bapak tua ini boleh dikasihani ya kalau ia jadi, maaf jadi peminta-minta mungkin penghasilan yang ia peroleh akan lebih banyak, dari pagi hari saja ia baru satu bungkus ikan hias dagangannya laku terjual. Banyak muridnya saat ia menjadi guru sudah menjadi pejabat di sukabumi pada saat ini.

Saat mendengarkan sejarah dan perjuangan kehidupan bapak tua ini, saya termenung. Sungguh beruntung saya di anugerahkan oleh Tuhan nikmat yang begitu besar, perjuangan hidup saya tidak seberat bapak tua itu, ia harus berdagang seharian tanpa libur disaat orang lain libur, bercengkrama dengan keluarga dihari minggu, menikmati makan siang dengan anak dan istrinya. oh... sungguh beruntungnya saya.

Setelah hujan sedikit reda, saya dan bapak tua itu kami memutuskan untuk bergegas
meninggalkan musholla, sambil berpamitan kami mengucapkan salam dan berharap bisa bertemu kembali. Dalam perjalanan menuju rumah, saya berbicara dalam hati, saya harus banyak bersyukur, banyak berterima kasih, lebih keras lagi dalam bekerja dan lebih giat lagi untuk beribadah kepada-Nya. lihatlah bapak tua itu walau hanya seorang pedagang kecil, syukur itu tetap ia lakukan, laporan ke Atas tiap awal waktu ia lakukan, bagaimanapun kondisinya usahakan sholat berjamaah karena itu peluang kita untuk menuai kebaikan dan mengadu tentang kehidupan ini kepada-Nya. Terima kasih Bapak Tua, Terima kasih Ya Rabb.

0 comments:

Diary

Communication

Rekan